Pendahuluan
Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik
dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau
program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia
sudah sepatutnya dikembangkan sesuai dengan tuntutan jaman. Saat ini dunia
memasuki era digital, semua aktifitas kehidupan bisa dilakukan dengan sistem
digital yang bersumber pada pemanfaatan teknologi dunia maya atau internet.
Peran internet sangat vital bagi pelaksanaan
pendidikan saat ini, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan semua dilakukan dengan sistem digital.
Pembelajaran saat ini juga harus menyesuaikan pada
perkembangan jaman, semua personal dan kebutuhan sarana prasarana telah
mengenal dan menggunakan Teknoologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Guru setiap
hari menggunakan laptop, gadget, HP, dan perangkat TIK lainnya. Begitupun
dengan siswa setiap hari bergelut dengan HP,
gadget, dan laptop. Sarana dan
prasarana pembelajaran juga semakin canggih dan serba digital, di setiap sekolah
sudah memiliki lab komputer, LCD, dan berbagai aplikasi pendukung pembelajaran.
Kondisi guru dan siswa yang selalu bergelut setiap
hari dengan HP, gadget, dan laptop ini ternyata belum berbanding
lurus dengan penggunaan alat komunikasi canggih tersebut di dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas sebagian besar masing menggunakan
pola lama yang konvensional. Pembelajaran di kelas dilakukan secara manual
dengan interaksi langsung antara guru dan siswa. Guru belum menggunakan HP atau
gadget misalnya dalam proses pembelajaran. Bahkan tidak sedikit sekolah yang
melarang siswa membawa dan menggunakan HP
atau Gadget itu di lingkungan sekolah
apalagi di dalam kelas.
Banyak sekali guru yang mengeluh kekurangan waktu
dalam pembelajaran sehingga materi tidak dapat tersampaikan secara utuh. Waktu
dan materi menjadi kambing hitam dalam kegagalan pembelajaran di kelas. Kondisi
fisik dan psikologis guru juga terpengaruh dalam pembelajaran konvensional ini,
guru harus terus mengawasi dan memantau setiap aktifitas siswa secara langsung
yang pasti membutuhkan energi dan emosi yang cukup besar.
Materi pembelajaran sebenarnya telah tersedia banyak
sekali di internet, guru dan siswa tinggal memilih dan mengunduh materi itu
sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Penggunaan internet inipun juga
sangat fleksibel yang bisa disesuaikan dengan waktu dan kesempatan guru dan
siswa, tidak membebani atau mengikat sehingga guru dan siswa akan lebih santai
dalam pembelajaran.
Pembelajaran di era digital ini sebenarnya juga tidak
mengharuskan adanya interaksi guru dan siswa secara langsung. Proses
pembelajaran dapat dilakukan di dunia maya, seperti yang sudah terjadi dalam
kehidupan kita saat ini yang tidak bisa lepas dari media sosial di dunia maya,
seperti Facebook, Twitter, Whatsapp,
Instagram, Path, dan sebagainya. Pembelajaran digital seperti ini dapat
membantu interaksi guru dan siswa terus terjalin yang tidak terbatas oleh
tempat dan waktu. Sementara itu terdapat semacam media sosial yang bisa
digunakan khusus dalam pembelajaran, misalnya aplikasi Edmodo. Pemanfaatan edmodo ini
dapat menjadi solusi bagi guru dan siswa untuk menjalin interaksi anatara guru
dan siswa di kelas maya sehingga mengurangi interaksi langsung antara guru dan
siswa tersebut.
Proses pembelajaran
konvensional yang terjadi sekarang ini telah banyak sekali menimbulkan
permaslahan baik pada guru maupun siswa, antara lain:
1. Guru merasa waktu yang disediakan untuk
melaksanakan proses pembelajaran di kelas masih kurang
2. Guru merasa materi yang harus disampaikan
ke siswa terlalu banyak sehingga sering tidak tersampaikan secara penuh dalam
pembelajaran di kelas
3. Guru merasa kesulitan untuk melakukan
pengawasan dan pemantauan aktifitas siswa di dalam kelas
4. Siswa merasa jenuh, bosan, dan bahkan capek
karena harus di kelas seharian dengan penyampaian materi oleh guru yang
dilakukan secara langsung di kelas yang kadang metode pembelajaran yang
digunakan kurang menarik.
5. Adanya larangan siswa menggunakan HP atau
gadget di lingkungan sekolah terutama di dalam kelas.
Makalah ini dapat
digunakan untuk mengukur tingkat kebutuhan guru dan siswa terhadap kelas digital (digital class) dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat juga
digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana program diklat kelas digital (digital class) jenjang SMP yang akan
dilaksanakan di Provinsi lampung tahun 2016.
Kajian
Teori
Teknologi
dan Pembelajaran
Teknologi merupakan bagian
tak terpisahkan dalam kehidupan kita termasuk dalam proses pembelajaran baik
yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Menurut Cenamo, Ross, &
Ertmer (Eggen & Kauchak 2012: 32) menyatakan bahwa dalam pembelajaran
teknologi bukan merupakan tujuan pembelajaran melainkan merupakan alat yang
digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Jadi anggapan guru
bahwa dalam semua proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas harus
menggunakan teknologi adalah anggapan yang kurang tepat. Teknologi hendaknya
digunakan apabila tekologi itu dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara lebih efektif dibandingkan alat-alat lainnya. Sehingga
apabila alat-alat pembelajaran yang konvensional ataupun tradisional masih
tetap bisa digunakan apabila mampu membantu siswa mencapai tujuan belajar yang
telah ditentukan.
Teknologi pendidikan
merupakan salah satu unsur dalam pendidikan yang perlu dikuasai dan dipahami
oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama guru maupun siswa.
Dalam penggunaan teknologi guru dan siswa perlu memahami standar-standar yang
menunjukkan apa yang semestinya diketahui dan mampu dilakukan baik oleh guru
maupun siswa terkait dengan penggunaan teknologi. Standar penggunaan teknologi
bagi guru dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Standar Teknologi Pendidikan untuk Guru
No
|
Standar
|
Indikator
Kinerja
|
1.
|
Memfasilitasi
dan Mengilhami pembelajaran dan Kreativitas Siswa
|
Guru menggunakan pengetahuannya
tentang materi pelajaran, pengajaran, dan pembelajaran, serta teknologi untuk
memfasilitasi pengalaman yang dipelajari siswa tingkat lanjut, kreativitas,
dan inovasi dalam situasi tatap muka dan virtual. Guru:
a. Mendorong,
mendukung, dan memodelkan atau mencontohkan pemikiran kreatif dan inovatif,
serta daya cipta
b. Melibatkan
siswa dalam mengeksplorasi isu-isu dalam kehidupan nyata dan memecahkan
masalah autentik menggunakan alat-alat dan sumber digital
c.
Mendorong
perenungan siswa dengan menggunakan alat kolaboratif untuk mengungkapkan dan
menjernihkan pemahaman konseptual dan pemikiran, perencanaan, dan proses
kreatif siswa
d. Memodelkan
pembangunan pengetahuan kolaboratif dengan terlibat dalam pembelajaran
bersama siswa, rekan kerja, serta
situasi tatap muka dan virtual.
|
2.
|
Merancang
dan Mengembangkan Pengalaman dan Asesmen Belajar Abad Digital
|
Guru merancang, mengembangkan, dan
mengevaluasi pengalaman pembelajaran autentik dan assesmen yang memasukkan alat-alat
dan sumber kontemporer untuk memaksimalkan pembelajaran materi kontekstual
dan mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan sikap yang diidentifikasi dalam
standar nasional pendidikan. Guru:
a. Merancang atau menyesuaikan
pengalaman pembelajaran yang memasukkan alat-alat dan sumber digital untuk
mendorong pembelajaran dan kreativitas siswa
b. Mengembangkan lingkungan belajar
kaya teknologi yang memungkinkan semua siswa untuk memuaskan keingintahuan
individual mereka dan menjadi partisipan aktif dalam menentukan tujuan
pendidikan mereka sendiri, mengelola pembelajaran mereka sendiri, dan menilai
kemajuan mereka sendiri
c. Menyesuaikan secara individual
(customize and personalize) kegiatan pembelajaran untuk merespons perbedaan
gaya belajar, strategi kerja, dan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat
dan sumber digital
d. Memberi siswa berbagai asessmen
formatif dan sumatif yang dipadukan dengan materi dan standar teknologi serta
menggunakan data yang ada untuk menyempurnakan pembelajaran dan pengajaran.
|
3.
|
Membuat
Model Kerja dan Belajar Abad Digital
|
Guru menunjukkan pengetahuan,
keahlian, dan proses kerja yang mewakili seorang profesional inovatif dalam
masyarakat global dan digital. Guru:
a. Menunjukkan kecakapan dalam sistem
teknologi dan alih pengetahuan saat ini pada teknologi dan situasi terkini
b. Bekerja sama dengan siswa, teman
sejawat, orang tua siswa, dan anggota masyarakat menggunakan alat-alat dan
sumber digital untuk mendukung pembelajaran yang sukses dan inovasi siswa
c. Mengkomunikasikan informasi dan
ide yang relevan secara efektif kepada siswa, orang tua, dan teman sejawat
menggunakan berbagai media dan format abad digital
d. Memodelkan dan memfasilitasi
penggunaan secara efektif dari alat-alat digital dan yang tengah berkembang
untuk mencari, menganalisis, mengevaluasi, dan menggunakan sumber informasi
untuk mendukung penelitian dan pembelajaran
|
4.
|
Mendorong
dan Membuat Model Masyarakat dan Tanggung Jawab Digital
|
Guru memahami isu-isu
kemasyarakatan lokal dan global serta tanggung jawab dalam sebuah budaya
digital yang sedang berkembang seraya menunjukkan perilaku etis dan legal
dalam praktek profesional mereka. Guru:
a. Mendorong, memodelkan, dan
mengajarkan penggunaan aman, legal, dan etis dari informasi digital dan teknologi
digital, termasuk penghormatan terhadap
hak cipta, hak atas kekayaan intelektual (HAKI), dan dokumen sumber
yang layak
b. Merespon kebutuhan beragam dari
semua pembelajar dengan menggunakan strategi berbasis-pembelajar yang
memberikan akses pada alat dan sumber digital yang layak
c. Mendorong dan mencontohkan etiket
digital dan interaksi sosial yang bertanggung jawab terkait penggunaan
teknologi dan informasi
d. Mengembangkan dan mencontohkan
pemahaman kultural dan kesadaran global lewat kerjasama dengan kolega dan
siswa yang berbeda budaya menggunakan komunikasi dan alat kolaborasi abad
digital
|
5.
|
Berkomitmen
pada Perkembangan dan Kepemimpinan Profesional
|
Guru terus meningkatkan praktik
profesional mereka, memodelkan pembelajaran sepanjang hayat, dan menunjukkan
kepemimpinan dalam sekolah mereka dan komunitas profesional dengan mendorong
serta menunjukkan penggunaan alat dan sumber digital yang efektif. Guru:
a. Berpartisipasi dalam komunitas
pembelajaran lokal dan global untuk mengeksplorasi penerapan teknologi secara
kreatif demi meningkatkan mutu pembelajaran siswa
b. Menunjukkan kepemimpinan dengan
memperlihatkan visi penyuntikan teknologi, berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan dan pembangunan komunitas bersama, serta mengembangkan kepemimpinan
dan keahlian teknologi orang lain
c. Mengevaluasi dan mengkaji
penelitian dan praktik profesional terkini secara rutin untukmenggunakan
secara efektif alat dan sumber digital yang ada dan sedang berkembang demi
mendukung pembelajaran siswa
d. Berkontribusi pada efektivitas,
vitalitas, dan penyegaran profesi mengajar serta penyegaran sekolah dan
komunitas.
|
Sumber: Paul Eggen
& Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan
Konten dan Keterampilan Berfikir.
2012 : 28-30.
Sedangkan standar
penggunaan dan pemanfaataan teknologi pendidikan untuk siswa dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2. Stantar Teknologi Pendidikan
untuk Siswa
No
|
Standar
|
Indikator
Kinerja
|
1.
|
Kreativitas
dan Inovasi
|
Siswa
menunjukkan pemikiran kreatif, mengkonstruksikan pengetahuan, dan
mengembangkan produk dan proses inovatif menggunakan teknologi. Siswa:
a. Menerapkan
pengetahuan yang sudah ada untuk menghasilkan ide, produk, atau proses baru
b.
Membuat
karya-karya orisinal sebagai sarana ekspresi pribadi atau kelompok
c.
Menggunakan
model dan simulasi untuk mengeksplorasi sistem dan isu-isu kompleks
d.
Mengidentifikasi
tren dan meramalkan kemungkinan
|
2.
|
Komunikasi
dan Kolaborasi
|
Siswa
menggunakan media digital dan lingkungan digital untuk mengkomunikasikan dan
bekerja secara kolaboratif, termasuk dari jarak jauh, untuk mendukung
pembelajaran individual dan berkontribusi pada pembelajaran orang lain.
Siswa:
a.
Berinteraksi,
berkolaborasi, dan menerbitkan karya bersama teman, pakar atau orang lain
menggunakan berbagai lingkungan dan media digital
b.
Mengkomunikasikan
informasi dan ide secara efektif kepada bernagai audiens menggunakan berbagai
media dan format
c.
Mengembangkan
pemahaman kultural dan kesadaran global dengan terlibat bersama pembelajar
dan kebudayaan lain
d.
Berkontribusi
pada tim proyek untuk menghasilkan karya orisinal dan memecahkan masalah
|
3.
|
Kecakapan
Penelitian dan Informasi
|
Siswa
menerapkan alat digital untuk mengumpulkan, mengevaluasi, dan menggunakan
informasi. Siswa:
a.
Merencanakan
strategi untuk memandu penelitian
b. Menentukan,
menyusun, menganalisis, mengevaluasi, mensintesiskan, dan secara etis
menggunakan informasi dari berbagai sumber dan media
c.
Mengevaluasi
dan memilih sumber informasi dan alat digital berdasarkan pada kesesuaian
dengan tugas-tugas spesifik
d.
Mengolah
data dan melaporkan hasil
|
4.
|
Pemikiran
Kritis, Pemecahan Masalah, dan Pembuatan Keputusan
|
Siswa
menggunakan keahlian pemikiran kritis untuk merancang dan melakukan
penelitian, mengelola proyek, memecahkan masalah, dan membuat keputusan sahih
(informed) menggunakan alat digital
dan sumber yang sesuai. Siswa:
a.
Mengidentifikasi
dan menentukan masalah-masalah autentik dan pertanyaan-pertanyaan signifikan
untuk diselidiki
b. Merencanakan
dan mengelola kegiatan untuk mengembangkan solusi atau menyelesaikan proyek
c.
Mengumpulkan
dan menganalisis data untuk mengidentifikasi solusi dan/atau membuat
keputusan mendasar
d.
Menggunakan
berbagai proses dan beragam perspektif untuk mengeksplorasi solusi-solusi alternatif
|
5.
|
Masyarakat
Digital
|
Siswa
memahami isu-isu kemanusiaan, kultural, dan kemasyarakatan terkait teknologi
dan mempraktikkan perilaku etis dan legal. Siswa:
a. Mendukung dan mempraktikkan
penggunaan informasi dan teknologi secara aman, legal (semua hukum) dan
bertanggung jawab
b. Menunjukkan sikap positif untuk
menggunakan teknologi yang mendukung kolaborasi, pembelajaran, dan
produktivitas
c. Menunjukkan tanggung jawab pribadi
untuk pembelajaran digital
d. Menunjukkan kepemimpinan bagi
masyarakat digital
|
6.
|
Operasional
dan Konsep Teknologi
|
Siswa menunjukkan pemahaman kokoh
tentang konsep, sistem, dan operasi teknologi. Siswa:
a.
Memahami
dan menggunakan sistem teknologi
b.
Memilih
dan menggunakan aplikasi secara efektif dan produktif
c.
Memecahkan
masalah sistem dan aplikasi
d.
Menstransfer
pengetahuan saat ini untuk mempelajari teknologi-teknologi baru.
|
Sumber: Paul Eggen
& Don Kauchak, Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir.
2012 : 30-31.
Pembelajaran
Kelas Digital (Digital Class)
Kelas maya merupakan suatu
jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa
dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.
Untuk menyampaikan pembelajaran, kelas maya selalu diidentikkan dengan
penggunaan internet. Kelas maya memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui
komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi
mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas.
(Sumber: http://now-smart.blogspot.co.id/2014/05/pengertiankelasmaya_17.html#ixzz3wqog
if2E, diunduh tanggal 13 Januari 2016)
Sedangkan Kelas Digital
menurut Abi Sujak merupakan istilah untuk menjelaskan bahwa aktivitas kelas
menggunakan seoptimal mungkin peranan internet dan teknologi digital dalam
persiapan, pelaksanaan, penilaian pembelajaran, baik oleh siswa, guru, dan
orang tua siswa, serta untuk aktivitas pengembangan profesi guru berkelanjutan (Sumber:
https://smadigitalkotabandung.wordpress.com/2015/10/10/
penjelasan-tentang-kelas-digital/,
diunduh tanggal 13 Januari 2016).
Dari dua pengertian kelas
digital diatas dapat disimpulkan bahwa kelas digital adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan menggunakan internet dan teknologi digital lainnya dalam
persiapan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran baik oleh guru, siswa, maupun
orang tua siswa sehingga antar pembelajar tidak harus secara fisik mengikuti
pembelajaran di dalam kelas.
1.
Jenis-Jenis
Pengelolaan Kelas Digital
a. Learning Management System (LMS)
LMS
adalah suatu perangkat lunak atau software untuk keperluan administrasi,
dokumentasi, laporan sebuah kegiatan, kegiatan belajar mengajar dan kegiatan
secara online (terhubung ke internet), E-learning dan materi-materi
pelatihan.
b.
Learning
Content Management System (LCMS)
LCMS
adalah
aplikasi komputer yang digunakan untuk membuat, memperbaharui, mengelola atau
mempublikasikan isi dalam sebuah sistem yang teroganisir dan konsiten yang bisa
diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. LCMS digunakan untuk
menyediakan, mengawasi, memperinci dan mempublikasikan dokumen-dokumen spesifik
seperti artikel, manual operator, manual teknis, panduan penjualan dan brosur
penjualan. Sebuah LCMS dapat berisi file komputer, gambar, audio, video,
dokemen elektronik dan isi website.
c.
Social
Learning Network (SLN)
SLN
adalah jejaring sosial untuk pembelajaran yang terjadi pada skala yang lebih
luas daripada kelompok belajar. Mengingat skala sosialnya yang lebih besar,
media ini bagi sebagian peserta dapat menyebabkan perubahan sikap dan perilaku,
sedangkan bagi sebagian yang lain tidak menimbulkan dampak apa-apa.
Pengelolaan kelas digital
yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran adalah SLN (Social Learning Network) seperti Sophia,
Remix Learning, Schoology, dan Edmodo.
2. Wujud Kelas Digital
Wujud
kelas digital yang diimplementasikan dalam pembelajaran telah dirumuskan
oleh SEAMOLEC
(SEAMEO
Regional Open Learning Centre) yaitu:
a. Pembuatan Buku Digital (kombinasi teks, video, dan gambar pada
halaman tertentu buku)
b.
Aplikasi Sistem Edmodo
c.
Vicon
(video conference) dari HP/Laptop antar guru dengan Webex
Kelas
digital memerlukan perubahan budaya yang mendasar pada sekolah sehingga harus
dilakukan secara bertahap. Tahap awal adalah pembuatan soal bersama oleh
guru/KKG/MGMP untuk ulangan harian yang mengacu pada prinsip belajar tuntas (mastery learning). Dengan menggunakan
internet (menggunakan aplikasi Edmodo)
soal ulangan dapat diset sesuai dengan waktu yang diinginkan, misalnya soal
dibuka jam 08.00 s.d. 21.00 selama 5 hari. Soal teracak secara otomatis dan
dapat di kerjakan oleh siswa di seluruh Indonesia maupun di luar negeri dimana
internet bisa diakses. Disamping guru dan siswa orang tua juga bisa melihat
aktivitas yang dilakukan anak (soal yang telah dikerjakan dan nilai yang
didapat) di Edmodo.
Tahap
ini merupakan langkah awal untuk menanamkan budaya ICT (Information and Communication Technology). Selanjutnya guru
dapat membuat materi pelengkap buku teks kemendikbud dalam bentuk digital (kombinasi
teks, video dari hp dan gambar) ketika
menyusun RPP kemudian di upload
sehingga guru-guru yang lain bisa mengkombinasikan. Buku digital ini juga bisa
mengambil sumber dari Rumah Belajar ataupun sumber lain.
Dengan menggunakan
fasilitas Webex guru dapat melakukan vicon
(video conference) dari HP atau laptop dimana guru bisa saling melihat
video mereka, mendengar suara, dan melakukan tanya jawab. Vicon dapat meminimalisir pertemuan secara langsung yang memerlukan
waktu dan tempat, pertemuan bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun dengan
menggunakan vicon. (Sumber: https://smadigitalkotabandung.wordpress.com/2015/10/10/penjelasan-tentang-kelas-digital/, diunduh tanggal 13 Januari 2013).
3. Manfaat Kelas Digital
Manfaat kelas maya atau
kelas digital dibandingkan dengan kelas konvensional dapat digambarkan dalam
skema di bawah ini.
Gambar 1. Pemanfaatan TIK dalam
Pembelajaran
Gambar. 2. Pengguna Kelas Virtual
Edmodo
Edmodo berbeda dengan Facebook karena menggunakan
jejaring sosial untuk pembelajaran dengan memperhatikan:
a. Setiap kelas/kelompok virtual dikelola oleh Guru.
b. Setiap kelas memiliki kode kelas yang akan digunakan
sebagai password bagi siswa untuk masuk kelas.
c. Siswa hanya dapat berkomunikasi ke seluruh kelas/kelompok
dan guru. Tidak terjadi komunikasi pribadi antar siswa.
d. Posting dikelola oleh guru; posting yang tidak perlu
dapat dihapus oleh guru.
e. Jika diperlukan, sekolah (Kepala Sekolah/Pengawas) dapat ikut
serta dalam kelas dan melihat aktifitas kelas.
f.
Orang tua dapat
disertakan untuk melihat aktifitas kelas.
Edmodo
cocok digunakan dalam pembelajaran kelas digital karena:
a. Mudah
digunakan bagi siswa, guru, dan orang tua (cukup mengenal facebook dan email).
b.
Diakses
secara online, tanpa memerlukan
server yang harus disiapkan sekolah.
c.
Dapat
digunakan secara gratis dan dapat diakses melalui HP.
d. Edmodo
dapat digunakan untuk pembelajaran dengan siswa, kolaborasi guru dalam satu
sekolah, maupun antar guru mata pelajaran (MGMP) dalam satu kota/kabupaten
e.
Edmodo
selalu di-update oleh pengembangnya.
f. Edmodo dapat digunakan untuk diskusi seperti pada jejaring
sosial, menyajikan materi pembelajaran seperti sebuah perpustakaan, dan
menyediakan fitur-fitur untuk evaluasi seperti penugasan, kuis PG, dsb.
g. Edmodo
dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis projek, dan student-centered learning dengan banyak komunikasi dan diskusi
antar siswa.
h. Fungsi
notifikasi yang terintegrasi dengan email
sehingga mengingatkan tentang posting baru dan juga tugas.
i. Memiliki
fitur Badge/lencana yang diberikan
kepada siswa sesuai prestasi mereka dalam kelas virtual.
Secara
keseluruhan unsur-unsur yang ada dan terkait dengan edmodo dapat dilihat dari framework edmodo seperti
gambar di bawah ini.
Gambar 3. Edmodo Framework
Sedangkan
pembuatan kelas dalam Edmodo dilakukan dengan membuat group. Di
dalam kelas dapat dibuat kelompok belajar yang lebih kecil sesuai dengan
projek, kelompok diskusi, tugas, maupun siswa yang perlu ditangani khusus
(matrikulasi siswa). Guru
dapat memberikan materi, topik diskusi, dan penugasan yang berbeda untuk setiap
kelompok belajar.
Edmodo
bisa digunakan oleh berbagai komunitas pembelajar dimulai dari komunitas yang
paling kecil yaitu kelas, kemudian sekolah, dan wilayah yang masing-masing
mempunyai kode tertentu untuk dapat mengakses masing-masing komunitas.
Komunitas pengguna Edmodo dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Komunitas Pengguna Edmodo
Pembahasan
Proses pembelajaran yang dilakukan
oleh guru di kelas sudah mengalami peningkatan, sebelum mendapatkan pelatihan
tentang praktik pembelajaran yang baik guru cenderung menggunakan sistem atau
model pembelajaran yang masih konvensional. Sistem atau model pembelajaran
konvensional masih bersifat guru sentris, guru masih memegang peran sentral
dalam pembelajaran sedangkan siswa cenderung pasif. Tata ruang kelas juga masih
konvensional meja ditata berjajar menghadap ke depan sehingga akses satu siswa
ke siswa lainnya sangat terbatas.
Setelah guru mendapatkan pelatihan
tentang praktik pembelajaran yang baik guru lebih kreatif dalam proses
pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi sentral pembelajaran tetapi memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif berpartisipasi dalam
proses pembelajaran di kelas. Guru juga mengadakan perubahan tata letak tempat
duduk yang berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan model pembelajaran yang
digunakan. Guru sudah berorientasi pada kesenangan dan kenyamanan siswa dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
Walaupun proses pembelajaran sudah
berjalan cukup baik namun masih juga ditemukan kendala yang dihadapi guru dalam
proses pembelajaran, antara lain:
a.
Guru belum sepenuhnya menguasai kurikulum
yang baru sehingga masih perlu bimbingan agar pembelajaran yang dilakukan
sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan
b. Kadangkala antara materi dan waktu yang
dialokasikan tidak sesuai, waktunya terlalu sedikit sehingga materi tidak
tersampaikan secara tuntas. Hal ini berakibat guru selalu memberikan tugas
ataupun pekerjaan rumah kepada siswa. Sementara siswa akan terbebani apabila
setiap guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah.
c. Keharusan untuk melakukan tatap muka dalam
proses pembelajaran di dalam kelas berpengaruh terhadap guru maupun siswa.
Kadangkala muncul perasaan “terpaksa” harus masuk kelas yang pada akhirnya
menimbulkan rasa bosan dan jenuh.
Sesuai dengan hasil wawancara ataupun brainstroming sebagian besar guru masih
merasa belum mempunyai kemampuan yang memadai dalam penguasaan TIK seperti
komputer/laptop, LCD, pemanfaatan internet, dan sebagainya. Guru hanya sekedar
bisa mengoperasikan perangkat TIK tersebut namun belum begitu menguasai lebih
lanjut kegunaan maupun fitur-fitur yaang ada. Berdasarkan pengamatan dalam
pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) ternyata masih banyak guru yang belum
penggunaan komputer. Bahkan ada sebagian guru yang ketakutan pada waktu akan
menggunakan komputer sebagai sarana ujian. Semua ini menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan guru terhadap TIK yang bisa digunakan dalam pembelajaran masih
rendah. Namun hasil pengamatan peneliti juga mennjukkan bahwa sebagian besar
guru sangat menguasai penggunaan handphone
(HP) terutama berbasis android
dalam kehidupan sehari-hari, khusunya untuk media sosial seperti facebook, whatsapp, twitter, line, dan
sebagainya.
Dari berbagai diskusi dan brainstroming yang dilakukan peneliti
bersama dengan guru dan kepala sekolah dihasilkan beberapa harapan guru agar
terdapat upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penggunaan dan
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran, antara lain:
a. Perlu diadakan pelatihan peningkatan
kompetensi guru dalam penggunaan TIK dalam proses pembelajaran.
b.
Perlu adanya pelatihan dalam pembuatan
media pembelajaran berbasis TIK
Disediakan
sarana dan prasarana TIK di sekolah sehingga TIK menjadi budaya seluruh warga sekolah
terutama guru dan siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama
ini sebagian besar masih berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada guru
(guru sentris) belum memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat diatasi dengan memberikan
pelatihan kepada guru untuk meningkatkan kompetensi guru dalam proses
pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan inovatif sesuai dengan kurikulum
yang berlaku. Penguasaan kurikulum juga dapat ditingkatkan dengan mengikuti
pelatihan implementasi kurikulum 2013. Guru juga harus melakukan analisis
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang disesuaikan dengan karakteristik
siswa dan kondisi daerah sehingga materi yang disampaikan dalam pembelajaran
dapat diterima dan dicerna siswa. Hal ini juga dapat menghindari cakupan materi
yang terlalu luas sehingga waktu pembelajaran dapat dikelola dengan baik. Guru
dapat mengurangi keharusan tatap muka sehingga pembelajaran dapat lebih efisien
dengan memanfaatkan pembelajaran jarak jauh, pembelajaran online (digital class) sehingga pembelajaran tidak terikat oleh
waktu dan tempat.
Penguasaan
penggunaan dan pemanfaatan TIK oleh guru juga perlu ditinggkatkan. Langkah awal
yang harus dilakukan adalah menyediakan sarana dan prasarana TIK yang
dibutuhkan. Guru dapat secara mandiri memenuhi kebutuhan TIK seperti laptop
secara mandiri. Sedangkan untuk kebutuhan sarana dan prasarana TIK di sekolah
pihak manajemen sekolah diharapkan memenuhi kebutuhan tersebut, seperti
laboratorium komputer, LCD, wifi, dan kebutuhan yang berkaitan dengan TIK
lainnya. Langkah selanjutnya adalah memberikan pelatihan kepada guru dalam
peningkatan kompetensi guru menggunakan dan memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran.
Pelatihan penggunaan TIK bertujuan untuk melatih guru dalam menggunakan
berbagai sarana TIK seperti laptop dan LCD. Sedangkan pelatihan pemanfaatan TIK
bertujuan melatih guru untuk menghasilkan suatu produk atau manfaat dari
penggunaan TIK tersebut. Pelatihan pemanfaatan TIK ini dapat berupa workshop
pembuatan media pembelajaran berbasis TIK. Pembentukan kelas digital (digital
class) merupakan salah satu upaya pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran
yang dapat meringankan beban guru maupun siswa. Kelas digital dapat menjadi
solusi bagi berbagai maslah yang dirasakan oleh guru dan siswa dalam hal
keterbatasan waktu dan tempat serta mengatasi kejenuhan siswa. Sehingga perlu
diadakan pelatihan kelas digital dengan menggunakan Edmodo.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan tentang proses pembelajaran di sekolah dengan
berbagai permasalahan dan solusinya dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan kelas digital berbasis Edmodo dapat dijadikan solusi untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran
sehingga pembelajaran tidak terikat oleh waktu dan tempat.
2. Kompetensi guru dalam penguasaan TIK masih
sangat terbatas, sehingga perlu dirancang suatu pelatihan kelas digital (digital class) bagi guru jenjang SMP.
Pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan dan melatih guru dalam menggunakan
pembelajaran kelas maya atau kelas digital (digital
class) dalam proses pembelajaran jenjang SD dan SMP
3. Kelas
digital (digital class) dapat
dimanfaatkan guru baik dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi proses pembelajaran tanpa harus bertatap muka baik
dengan teman sejawat maupun siswa.
Berdasarkan
simpulan di atas, dapat dirumuskan rekomendasi kepada guru, sekolah, dan
pemangku kepentingan lainnya sebagai berikut:
1.
Bagi Guru
Guru harus meningkatkan kompetensi dan
kemampuan mengajarnya dengan menguasai berbagai sistem/model pembelajaran dan
berbagai media pembelajaran terutama yang berbasis TIK dalam rangka
meningkatkan mutu pembelajaran, terutama aplikasi Edmodo.
2.
Bagi Sekolah
Sekolah harus menyediakan sarana dan
prasarana pembelajaran yang dibutuhkan dan memfasiltasi guru dalam meningkatkan
kompetensi dan kemampuan mengajar baik secara mandiri maupun dengan mengikutkan
guru dalam diklat/workshop peningkatan kompetensi dan penguasaan media
pembelajaran berbasis TIK, terutama aplikasi Edmodo.
3.
Bagi Dinas Pendidikan
Program peningkatan kompetensi dan
kemampuan mengajar guru hendaknya menjadi prioritas utama disamping program
pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah. Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dapat melakukan kerjasama dengan SEAMEO-SEAMOLEC dalam
melaksanakan pelatihan kelas digital (digital
class) di daerah.
4.
Bagi LPMP
LPMP melakukan fasilitasi dan
supervisi terhadap implementasi kelas digital (digital class) pada satuan pendidikan sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi (tupoksi) LPMP.
Daftar Pustaka
Abi
Sujak. 2015. Penjelasan Tentang Kelas
Digital. Diunduh tanggal 13 Januari 2016 dari https://smadigitalkotabandung.wordpress.com/2015/10/10/
penjelasan-tentang-kelas-digital/).
Anonim. Pengertian Kelas Maya dan Manfaatnya. Diunduh tanggal 12
Januari 2016 dari http://www.pintarkomputer.org/2015/10/pengertian-kelas-maya-dan-manfaatnya.html
Eggen,
Paul & Kauchak, Don. 2012. Strategi
dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berfikir. Jakarta:
Indeks.
Direktorat
Tenaga Pendidik. 2008. Pendekatan, Jenis,
dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kemdiknas.
Denny Yahya. Pengertian Kelas Maya. Diunduh tanggal 13 Januari 2016 dari http://now-smart.blogspot.co.id/2014/05/pengertiankelasmaya_17.html#ixzz3wqog
if2E
bagai mana cara membuatnya ?
BalasHapussaya ingin menerapkannya.
terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan hubungi website kami www.schoolmantic.com
BalasHapus